Rabu, 15 Mei 2013

Sinopsis Karya Wyda ^^



IBUK
Karya Iwan Setyawan

            Cerita ini berawal dari seorang anak gadis bernama Tinah. Meskipun orang tuanya masih hidup, akan tetapi tinah telah di asuh oleh mbahnya yang bernama Mak Gini. Ia dan Mak Gini hidup rukun. Sehari-hari Tinah membantu Mak Gini menjual baju di toko baju milik Mak Gini yang berada dipasar. Pekerjaan itu tinah tekuni sedari masih sangat belia, karena nyatanya Tinah tidak lulus SD karena factor ekonomi keluarga. Sungguh disayangkan. Tinah yang pintar dan tekun harus berhenti mengejar cita-citanya.
            Suatu hari datanglah
sang playboy pasar bernama Hassyim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sim. Sim terpana pada pandangan pertama saat melihat Tinah di toko baju. Ada sesuatu yang menarik sim untuk dapat bertemu Tinah dirumahnya. Hari-hari pun berlalu, Tinah dan Sim semakin akrab, semakin kenal, semakin mesra. Hingga suatu hari Sim melamar Tinah.
            Sim yang hanya pekerja supir angkot melamar Tinah dengan penuh ketulusan. Resepsi pernikahan dengan adat Jawa pun di adakan. Banyak sanak saudara yang berdatangan. Meskipun Sim belum pernah melihat orang tua kandungnya, tapi ia mempunya saudara-saudara yang menyayangi dia.
            Setelah menikah, mereka berdua sepakat untuk tinggal dirumah Kakak tiri Sim. Kakak Sim sangat ramah, begitupun suaminya. Mereka menyambut hangat kedatang Sim dan Istri. Tinah pun tak ingin mengecewakan kakak iparnya itu, ia selalu membantu membersihkan rumah bahkan sampai memasak.
            Hari terus berjalan. Tibalah saat yang mengharukan sekaligus menyenangkan. Tinah hamil, dan melahirkan seorang anak bernama Isa. Tak lama setelah Isa lahir, Tinah hamil kembali anak kedua dan melahirkan seorang bayi perempuan bernama Nani. Setelah itu, Tinah kembali hamil. Namun malang, karena terlalu over sibuk Tinah keguguran. Tak lama setelah itu tinah kembali hamil dan kali ini melahirkan seorang anak laki-laki yang di berinama Bayek. Selanjutnya Tinah melahirkan anak ke empat bernama Rini dan anak ke lima bernama Mira. Lengkaplah sudah Tinah menjadi seorang ibuk.
            Tahun demi tahun dijalani Tinah bersama keluarganya. Bayek tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang pintar dan cerdas. Sedari bayek masuk sekolah dasar ia selalu mendapatkan rangking tiga besar. Rangking itu pun tak berujung hingga bayek tumbuh remaja menjadi seorang pemuda yang cerdas. Saat SMP hingga SMA bayek selalu mendapatkan rangking satu. Hingga ketika bayek lulus ia mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di IPB jurusan MIpa.
            Sangat berat ibuk melepaskan bayek untuk sekolah di Bogor, jauh dari tempat tinggalnya. Kekhawatiran ibuk semakin bertambah karena sedari kecil bayek tidak pernah meninggalkan kota tempat kelahiran sekaligus tempat kelahirannya itu. Berkat doa dan usaha yang bayek lakukan selama bertahun-tahun kuliah disana akhirnya bayek lulus dan mendapatkan IP hampir sempurna sekaligus menjadi mahasiswa terbaik di kampus itu.
            Kehidupan baru pun mulai di jalani bayek. Ia akhirnya memilih untuk kerja di Jakarta selama dua tahun. Pekerjaannya pun terhenti bukan lantaran bayek dipecat, justru atasannyanyalah yang menaikkan jabatannya dan menyuruh bayek untuk bekerja di NewYork. Sebelum bayek memutuskan untuk meninggalkan Indonesia, bayek terlebihdahulu meminta izin kepada ibuk. Ibuk merestui bayek. Hari itu juga Bayek pergi meninggalkan Indonesia. Meninggalkan sanak saudara.
            Untuk kedua kalinya ibuk menangis untuk bayek. Kali ini bayek pergi bukan keluarga kota, melainkan pergi ke luar negeri. Hampir setiap hari Bayek menelpon Ibuk. Meskipun hanya sekedar menanyakan sedang apa, sudah makan atau belum, apa kabar, dll. Namun kali ini lebih sulit untuk menelpon ibuk dikarenakan perbedaan waktu antara New York dan Indonesia.
            Bayek menjalani hari-harinya terus dengan bekerja dan bekerja. Semakin hari semakin ia mulai terbiasa hidup di Negara yang asing baginya, namun semakin hari juga ia merindukan kampong halamannya. Hampir setiap satu tahun sekali bayek pulang kampung, meskipun tidak berlangsung lama namun kepulangannya itu membuat hatinya sangat gembira.
            Sepuluh tahun berlalu, pangkat demi pangkat telah dilewati bayek. Ia sekarang berpangkat sebagai manager. Disepanjang ia berkarir, ia selalu membantu kakak-kakaknya mengatasai masalah ekonomi. Hingga kini akhirnya rumahnya yang berada di gang buntu sedang dibangun. Rumah mungil yang menjadi saksi bisu perjalanan bayek dan keluarganya.
            Lama memendan rindu kepada kampung halaman, bayek kembali ke Indonesia.Ia disambut hangat oleh sanak saudara. Setelah ia mengundurkan diri dari pekerjaannya di Newyork, tawaran-tawaran kian berdatangan. Namun bayek kali ini sedang menekuni hobi barunya menjadi seorang penulis novel. Tidak tanggung-tanggung, novelnya pun termasuk novel best seller.
            Hobi barunya berdampak pada aktivitasnya kini. Bayek akhir-akhir ini lebih sibuk untuk keliling-keliling kota untuk mempromosikan novelnya. Namanya melejit, dan menjadi damba-dambaan para pembaca setianya. Namun suatu hari aktivitasnya terhenti dikarenakan tersirat kabar bahwa bapaknya sedang sakit dan sedang mengalami koma. Dengan segera bayek memesan tiket pesawat dari kota ia promosi ke kampung halamannya.
            Sesampainya di bandara bayek dijemput oleh tetangga dan sepupunya. Bayek sedih lantaran biasanya bapak yang sering menjemput dan mengantarkan bayek ke bandara. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam, bayek sampai dirumahnya di gang buntu. Janur kuning pun telah bertengger di depan rumahnya. Orang-orang hilir mudik di dalam maupun diluar rumah bayek. Bapak telah tiada.
            Kini bayek tinggal bersama ibuk dan keponakan-keponakannya yang kian makin beranjak dewasa. Ia pun tetap melanjutkan hobi menulis novelnya. Di dalam novel dituliskanlah olehnya cerita ia, masa lampaunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar