IBUK
Karya Iwan Setyawan
Cerita ini berawal dari seorang anak
gadis bernama Tinah. Meskipun orang tuanya masih hidup, akan tetapi tinah telah
di asuh oleh mbahnya yang bernama Mak Gini. Ia dan Mak Gini hidup rukun.
Sehari-hari Tinah membantu Mak Gini menjual baju di toko baju milik Mak Gini
yang berada dipasar. Pekerjaan itu tinah tekuni sedari masih sangat belia,
karena nyatanya Tinah tidak lulus SD karena factor ekonomi keluarga. Sungguh
disayangkan. Tinah yang pintar dan tekun harus berhenti mengejar cita-citanya.
Suatu hari datanglah
sang playboy pasar bernama Hassyim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sim. Sim terpana pada pandangan pertama saat melihat Tinah di toko baju. Ada sesuatu yang menarik sim untuk dapat bertemu Tinah dirumahnya. Hari-hari pun berlalu, Tinah dan Sim semakin akrab, semakin kenal, semakin mesra. Hingga suatu hari Sim melamar Tinah.
sang playboy pasar bernama Hassyim atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sim. Sim terpana pada pandangan pertama saat melihat Tinah di toko baju. Ada sesuatu yang menarik sim untuk dapat bertemu Tinah dirumahnya. Hari-hari pun berlalu, Tinah dan Sim semakin akrab, semakin kenal, semakin mesra. Hingga suatu hari Sim melamar Tinah.
Sim yang hanya pekerja supir angkot
melamar Tinah dengan penuh ketulusan. Resepsi pernikahan dengan adat Jawa pun
di adakan. Banyak sanak saudara yang berdatangan. Meskipun Sim belum pernah
melihat orang tua kandungnya, tapi ia mempunya saudara-saudara yang menyayangi
dia.
Setelah menikah, mereka berdua
sepakat untuk tinggal dirumah Kakak tiri Sim. Kakak Sim sangat ramah, begitupun
suaminya. Mereka menyambut hangat kedatang Sim dan Istri. Tinah pun tak ingin
mengecewakan kakak iparnya itu, ia selalu membantu membersihkan rumah bahkan
sampai memasak.
Hari terus berjalan. Tibalah saat
yang mengharukan sekaligus menyenangkan. Tinah hamil, dan melahirkan seorang
anak bernama Isa. Tak lama setelah Isa lahir, Tinah hamil kembali anak kedua
dan melahirkan seorang bayi perempuan bernama Nani. Setelah itu, Tinah kembali
hamil. Namun malang, karena terlalu over sibuk Tinah keguguran. Tak lama
setelah itu tinah kembali hamil dan kali ini melahirkan seorang anak laki-laki
yang di berinama Bayek. Selanjutnya Tinah melahirkan anak ke empat bernama Rini
dan anak ke lima bernama Mira. Lengkaplah sudah Tinah menjadi seorang ibuk.
Tahun demi tahun dijalani Tinah
bersama keluarganya. Bayek tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang pintar
dan cerdas. Sedari bayek masuk sekolah dasar ia selalu mendapatkan rangking
tiga besar. Rangking itu pun tak berujung hingga bayek tumbuh remaja menjadi
seorang pemuda yang cerdas. Saat SMP hingga SMA bayek selalu mendapatkan
rangking satu. Hingga ketika bayek lulus ia mendapatkan beasiswa untuk
melanjutkan pendidikan di IPB jurusan MIpa.
Sangat berat ibuk melepaskan bayek untuk
sekolah di Bogor, jauh dari tempat tinggalnya. Kekhawatiran ibuk semakin
bertambah karena sedari kecil bayek tidak pernah meninggalkan kota tempat
kelahiran sekaligus tempat kelahirannya itu. Berkat doa dan usaha yang bayek
lakukan selama bertahun-tahun kuliah disana akhirnya bayek lulus dan
mendapatkan IP hampir sempurna sekaligus menjadi mahasiswa terbaik di kampus
itu.
Kehidupan baru pun mulai di jalani
bayek. Ia akhirnya memilih untuk kerja di Jakarta selama dua tahun.
Pekerjaannya pun terhenti bukan lantaran bayek dipecat, justru atasannyanyalah
yang menaikkan jabatannya dan menyuruh bayek untuk bekerja di NewYork. Sebelum
bayek memutuskan untuk meninggalkan Indonesia, bayek terlebihdahulu meminta
izin kepada ibuk. Ibuk merestui bayek. Hari itu juga Bayek pergi meninggalkan
Indonesia. Meninggalkan sanak saudara.
Untuk kedua kalinya ibuk menangis
untuk bayek. Kali ini bayek pergi bukan keluarga kota, melainkan pergi ke luar
negeri. Hampir setiap hari Bayek menelpon Ibuk. Meskipun hanya sekedar menanyakan
sedang apa, sudah makan atau belum, apa kabar, dll. Namun kali ini lebih sulit
untuk menelpon ibuk dikarenakan perbedaan waktu antara New York dan Indonesia.
Bayek menjalani hari-harinya terus
dengan bekerja dan bekerja. Semakin hari semakin ia mulai terbiasa hidup di
Negara yang asing baginya, namun semakin hari juga ia merindukan kampong
halamannya. Hampir setiap satu tahun sekali bayek pulang kampung, meskipun
tidak berlangsung lama namun kepulangannya itu membuat hatinya sangat gembira.
Sepuluh tahun berlalu, pangkat demi
pangkat telah dilewati bayek. Ia sekarang berpangkat sebagai manager.
Disepanjang ia berkarir, ia selalu membantu kakak-kakaknya mengatasai masalah
ekonomi. Hingga kini akhirnya rumahnya yang berada di gang buntu sedang dibangun.
Rumah mungil yang menjadi saksi bisu perjalanan bayek dan keluarganya.
Lama memendan rindu kepada kampung
halaman, bayek kembali ke Indonesia.Ia disambut hangat oleh sanak saudara.
Setelah ia mengundurkan diri dari pekerjaannya di Newyork, tawaran-tawaran kian
berdatangan. Namun bayek kali ini sedang menekuni hobi barunya menjadi seorang
penulis novel. Tidak tanggung-tanggung, novelnya pun termasuk novel best seller.
Hobi barunya berdampak pada
aktivitasnya kini. Bayek akhir-akhir ini lebih sibuk untuk keliling-keliling
kota untuk mempromosikan novelnya. Namanya melejit, dan menjadi damba-dambaan
para pembaca setianya. Namun suatu hari aktivitasnya terhenti dikarenakan
tersirat kabar bahwa bapaknya sedang sakit dan sedang mengalami koma. Dengan
segera bayek memesan tiket pesawat dari kota ia promosi ke kampung halamannya.
Sesampainya di bandara bayek
dijemput oleh tetangga dan sepupunya. Bayek sedih lantaran biasanya bapak yang
sering menjemput dan mengantarkan bayek ke bandara. Setelah menempuh perjalanan
kurang lebih dua jam, bayek sampai dirumahnya di gang buntu. Janur kuning pun
telah bertengger di depan rumahnya. Orang-orang hilir mudik di dalam maupun
diluar rumah bayek. Bapak telah tiada.
Kini bayek tinggal bersama ibuk dan
keponakan-keponakannya yang kian makin beranjak dewasa. Ia pun tetap
melanjutkan hobi menulis novelnya. Di dalam novel dituliskanlah olehnya cerita
ia, masa lampaunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar